Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi
Allah yang kasih sayang-Nya menyertai apa-apa yang ada di langit dan
bumi. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
saw., manusia berhati cahaya.
Beberapa hari lalu seperti mimpi bagi saya. Ya, karena semua yang terjadi Ahad lalu awalnya hanya ada dalam angan-angan saya.
Berawal
dari sebuah status iseng di facebook, saya mengajak teman-teman
facebook saya untuk membentuk sebuah komunitas yang merangkul anak
jalanan dan memberikan pendidikan pada mereka. Tanpa saya duga, banyak
teman yang tertarik dan antusias dengan ajakan saya. Tak hanya
teman-teman saya yang ada di Jakarta, tapi juga yang ada di luar
Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Tangerang, sampai Sumatera.
Selanjutnya,
perbincangan kami teruskan di grup facebook yang saya beri mana KPAJ
(Komunitas Peduli Anak Jalanan) yang kini berubah (berdasarkan saran
teman yang bergabung) menjadi KOPAJA dengan kepanjangan yang sama.
Katanya, nama KOPAJA lebih mudah diingat dan identik dengan anak jalanan
Jakarta yang biasa mengais rezeki di kopaja.
Setelah kurang lebih satu setengah bulan mandeg
di facebook, akhirnya diadakan pertemuan pertama yang didatangi hanya
tiga orang (saya, teman FLP, dan teman tsanawiyah). Pesimis. Itulah yang
saya rasakan saat pertemuan pertama. Ya, meskipun di pertemuan pertama
itu saya juga cekikikan sendirian karena yang datang ternyata bukan
orang asing. Dengan modal sisa semangat, kami bertiga berkeliling
Jakarta Pusat untuk mencari wilayah anak jalanan yang belum terbina.
Cukup ngeri, yang kami datangi rata-rata anak jalanan yang usianya lebih
tua dari kami dengan bahasa yang “jauh” dari kami.
Pertemuan
ini berlanjut ke pertemuan kedua yang didatangi oleh orang itu-itu juga
T_T (semangat menipis) dengan pembicaraan yang tak bersolusi. Sekitar
satu bulan lebih saya mendiamkan grup di facebook sambil mencari tahu ke
berbagai tempat tentang anak jalanan.
Alhamdulillah,
sebuah ide untuk mengadakan bakti sosial ternyata dapat menyalakan
kembali semangat teman-teman (dan semangat saya juga pastinya ^^).
Alhasil, pertemuan ketiga dilaksanakan sambil mencari tempat sasaran
yang
tepat. Dan, akhirnya kami tertarik untuk membina sebuah
tempat bernama Lapak yang berupa lapangan luas yang dihuni oleh keluarga
pemulung dan pengamen wilayah Jakarta Selatan. Yang membuat semakin
miris, Lapak terletak tepat di belakang apartemen dan mal megah di
kawasan Gandaria City, Jakarta Selatan. Dua wilayah dengan strata jomplang ini hanya dibatasi oleh sebuah kali.
Beberapa
pertemuan kami lakukan hingga tibalah pada perealisasian rencana pada
Ahad, 8 April 2012. Untuk menuju Ahad lalu, semua tidak berlangsung
dengan mulus. Pada H-2 minggu, semangat beberapa teman mulai mengendur.
Yang membuat saya sempat kesal, beberapa teman dengan santainya malah
bilang, “Jangan saya yang ngurus ini ya.” Ya, kenapa tidak bilang sejak
awal saja, supaya bisa segera dikerjakan oleh yang lain. Lalu yang lain
menyerahkan amanah mereka kepada yang lainnya tanpa ada alasan
pendukung. Ya, mau marah pun sepertinya tidak akan memperlancar
pekerjaan. Kalau sudah begini, respon saya hanya, “Ooh, gitu. Okay. Gak
masalah.” Hehe, padahal dalam hati meringis, nangis sambil menggerutu
(Iya nggak, Mbah Nyai :D)
Tidak hanya itu, seminggu
sebelum hari pelaksanaan ternyata uang yang kami pegang baru separuh
dari yang seharusnya ada. Awalnya sih saya sengaja tidak menyinggung
tentang keuangan, karena (saya rasa) dengan terus memberi semangat
kepada teman-teman, ikhtiar, doa, dan tawakal, dengan cara-Nya uang itu
akan datang sendiri. Eh ternyata, sebelum saya munutup rapat, seorang
teman menyinggung hal ini. Ya sudahlah, dibicarakan juga akhirnya. Ya,
meskipun intinya saya ingin acara ini tetap terlaksana pada hari yang
telah ditetapkan sebelumnya dengan berapapun uang yang ada. Saat itu
saya hanya memberi satu kalimat, “Yakin. Bantuan Allah selalu ada.”
Beberapa hari menjelang hari pelaksanaan….
Ribuan
puja-puji kepada Allah serasa tak cukup kami ucapkan, karena dalam
waktu kurang dari seminggu bantuan Allah datang dengan berbagai cara
melalui berbagai kalangan, bahkan melalui orang yang tidak saya duga.
Alhamdulillah, uang yang terkumpul pun lebih dari yang kami butuhkan,
dan sekarang masih bersisa cukup banyak. Alhamdulillah.
Lagi-lagi,
saya dan (katanya) kembaran saya, Erny, menjadi wanita perkasa.
Berhubung saya dan Erny adalah pengurus perempuan yang berdomisili di
Jakarta dan tahu tempat-tempat belanja yang murah dan berkualitas,
hasilnya kami berdua belanja seharian. Mulai dari pakaian anak, alat
tulis, hingga makanan-makanan kecil. Sedangkan urusan sembako, giliran
para lelaki tangguhnya berkonvoi ke pasar terdekat Lapak Pemulung.
Belanja selesai, dan kini saatnya membungkus belanjaan untuk dibagikan. Ini tugas teman-teman lain yang belum dapat job, tapi saya juga ikut bantu-bantu menyortir, terutama untuk anak-anak.
Beralih ke hari pelaksanaan….
Pada
hari itu, kami merencanakan ba’da zuhur akan ada pembagian bingkisan
(makanan ringan, alat tulis, dan baju muslim) untuk anak-anak dan
sembako untuk ibu-ibu. Sebelum pembagian bingkisan, ada serangkaian
acara yang kami lakukan di mushallah, yaitu pengesahan KOPAJA dan
pembinaan Lapak Pemulung oleh ketua umum KOPAJA kepada Pak Herman,
“kepala” pemulung di sana, dilanjutkan dengan materi motivasi Berani
Bermimpi oleh Mas Adi Waluyo. Kemudian, kami shalat zuhur berjamaah dan
makan siang berjamaah juga :D
Sayangnya, ada banyak
kejadian-kejadian menyenangkan saat acara berlangsung yang saya lewati.
Ya, tugas saya di hari pelaksanaan ada di depan (memberi sambutan dan
meresmikan KOPAJA) lalu memberikan sertifikat kepada pembicara.
Selebihnya, saya sibuk mondar-mandir ke pasar untuk membeli beberapa
bingkisan yang kurang, karena anak-anak yang datang melebihi data yang
ada dan melebihi bikisan yang sengaja kami lebihkan. Panik, itu pasti
tapi hanya sejenak.
Acara yang paling saya tunggu adalah
penulisan cita-cita dan penempelan bintang harapan di dinding impian
(ya, meskipun saya gak mengikuti bagian ini dari awal karena sibuk di
belakang). Senang sekali melihat bintang-bintang itu sudah tertempel
dengan tulisan tangan dan cita-cita yang beragam. Ada yang ingin menjadi
presiden, pemain bola, polisi, atlet badminton, guru, dokter kandungan,
dan lain-lain. Yang paling saya ingat adalah sebuah tulisan dengan
spidol hijau yang berbunyi, “Cita-cita saya menjadi porttekell” yang
artinya adalah “Cita-cita saya menjadi dokter”. Owalah, subahanallah ya :D
Ada
kejadian lucu juga loh. Ada satu anak bernama Arif yang senang sekali
ditangkap main kucing-kucingan dengan teman-teman KOPAJA, kerena dia
selalu berusaha kabur dari acara. Karena panitia sudah tahu karakter
Arif, jadi sudah ada panita yang menjaga pintu mushallah untuk
mengantisipasi kaburnya anak-anak dari acara. Nah, saat kami sedang asik
makan siang bersama, Arif berlari ingin keluar. Saat saya tanya mau
kemana, dia tidak menjawab. Tubuh Arif dihalangi oleh panitia yang
menjaga pintu mushallah. Mungkin karena kesal Arif menjawab agak
berteriak, “Mau beraaak!” Serentak seisi mushallah yang mendengar
langsung tertawa, termasuk saya :D
Di luar kesenangan dan
kelucuan berbagai tingkah laku adik-adik di sana ada yang membuat hati
saya kurang lega, karena ada tiga orang adik yang tidak datang ke acara
kami. Kalian tahu alasannya? Mereka pergi mengamen sejak pagi, dan satu
di antaranya ada yang belum pulang sejak kemarin. Tapi di akhir acara,
dua orang anak yang mengamen datang dengan tubuh kumal dan penuh
keringat. Duh, tak tega. Tubuh mereka kecil-kecil, ringkih sekali. Di
luar segala perasaan hari itu, semuanya merasakan kesenangan, baik itu
panitia, adik-adik, dan ibu-ibu yang ada di sana.
Untuk
program selanjutnya, insya Allah akan ada bimbingan setiap hari Ahad jam
9.00-12.00 WIB dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan
adik-adik yang ada di sini. Dan insya Allah akan ada pengajian sebulan
sekali untuk ibu-ibu pemulung.
Dengan sedikit pendekatan
dari teman-teman KOPAJA, semoga adik-adik dan bapak-ibu di Lapak
Pemulung bisa lebih diarahkan kepada pendidikan yang islami. Semoga
mereka tetap shalat lima waktu meskipun memulung, dan adik-adik yang
mengamen bisa mengganti nyanyian mereka dari lagu cinta-cintaan yang
belum mereka mengerti artinya menjadi shalawat-shalawat. Lebih-lebih,
semoga melalui teman-teman KOPAJA, Allah memperkenankan adik-adik yang
belum ataupun putus sekolah untuk dapat bersekolah.
Banyak
sekali pengalaman berarti dalam perjalanan ini. Yang paling rawan
adalah keistiqomahan niat dan hati. Tidak sedikit yang menyepelekan
mimpi saya ini, bahkan beberapa orang yang saya kenal menolak dengan
halus dengan berbagai argument politik. Di sinilah godaan tahap pertama
digencarkan setan. Sempat juga saya pesimis dan ingin menghapus mimpi
ini, tapi lagi-lagi keinginan yang kuat mampu mengalahkan godaan di
tahap ini. Terlebih, ada niatan besar yang saya bawa dalam jalan ini
(niatan itu belum saya beritahukan kepada teman-teman KOPAJA).
Godaan
tahap kedua muncul dari intern KOPAJA. Ketika satu kepala berbeda
pendapat dengan yang lainnya dan ketika ada kecemburuan penempatan job.
Dua hal ini, meski tidak nampak secara kontras di antara kami, tapi
saya berusaha membaca kondisi ini dari setiap kalimat yang disampaikan
teman-teman KOPAJA. Ya, apalagi ada beban tambahan saya sebagai yang
diamanahi sebagai pemimpin KOPAJA, jadi harus lebih peka terhadap
keadaan. Biasanya, saya inisiatif dengan mengalihkan pembicaraan atau
membiarkan apa yang diperdebatkan tidak usah dikerjakan saja sekalian,
biar saya saja yang mengerjakan.
Terlepas dari semua
godaan dan konflik “tersembunyi” yang malah menjadi bahan gerutuan
beberapa teman, saya justru menyadari bahwa saya hanya orang yang bodoh
dan kalah dalam beberapa hal. Mulai dari semangat yang kambang kempis
(tapi sebisa mungkin saya sembunyikan), belum lagi capek yang dibuntuti
rasa sewot dan kesal ketika ada teman KOPAJA yang menganggap remeh
amanahnya. Astaghfirullah T_T Kalau saya sudah marah besar
kepada orang tertentu, biasanya saya akan menyebut namanya dengan
penekanan dan nada yang berbeda (maafkan saya ya, untuk orang yang
merasa pernah saya perlakukan seperti ini) Hasilnya, saya masih perlu
mengontrol emosi dan melatih ketenangan dalam memimpin dan membangun
mimpi ini.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada
Allah swt. yang memperkenankan kami ada di jalan ini dan mengajarkan
kami arti keindahan dengan berbagi. Terima kasih kepada seluruh
teman-teman yang telah mendukung KOPAJA dengan bentuk bantuan apapun
itu. Karena apapun bentuk bantuan dan dukungan kalian, semua itu sangat
berarti bagi kami. Terima kasih kepada teman-teman facebook yang sudah
berpartisipasi, siapa pun kalian (yang SMS ke saya dan “kabur” saat
ditanya nama). Jazakumullah khairan katsiran.
Semoga
Allah memberkahi perjuangan ini. Semoga Allah meridhoi setiap ikhtiar,
doa, dan tawakal. Semoga Allah mengistiqomahkan dalam kebaikan. Amin.
Satu lagi untuk teman-teman KOPAJA, sebelum melangkah lebih jauh mari
luruskan lagi niat dan hati kita fillah. :)
KOPAJA, merangkai cita dengan cinta.
(Tararengkyu buat Om Bagas yang kalimatnya kami jadikan jargon ^^)
Komandan KOPAJA
Lisfatul Fatinah Munir