Minggu, 10 Juni 2012

MERANGKAI CITA DENGAN CINTA ^_^


Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah yang kasih sayang-Nya menyertai apa-apa yang ada di langit dan bumi. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw., manusia berhati cahaya.

Beberapa hari lalu seperti mimpi bagi saya. Ya, karena semua yang terjadi Ahad lalu awalnya hanya ada dalam angan-angan saya.

Berawal dari sebuah status iseng di facebook, saya mengajak teman-teman facebook saya untuk membentuk sebuah komunitas yang merangkul anak jalanan dan memberikan pendidikan pada mereka. Tanpa saya duga, banyak teman yang tertarik dan antusias dengan ajakan saya. Tak hanya teman-teman saya yang ada di Jakarta, tapi juga yang ada di luar Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Tangerang, sampai Sumatera.

Selanjutnya, perbincangan kami teruskan di grup facebook yang saya beri mana KPAJ (Komunitas Peduli Anak Jalanan) yang kini berubah (berdasarkan saran teman yang bergabung) menjadi KOPAJA dengan kepanjangan yang sama. Katanya, nama KOPAJA lebih mudah diingat dan identik dengan anak jalanan Jakarta yang biasa mengais rezeki di kopaja.

Setelah kurang lebih satu setengah bulan mandeg di facebook, akhirnya diadakan pertemuan pertama yang didatangi hanya tiga orang (saya, teman FLP, dan teman tsanawiyah). Pesimis. Itulah yang saya rasakan saat pertemuan pertama. Ya, meskipun di pertemuan pertama itu saya juga cekikikan sendirian karena yang datang ternyata bukan orang asing. Dengan modal sisa semangat, kami bertiga berkeliling Jakarta Pusat untuk mencari wilayah anak jalanan yang belum terbina. Cukup ngeri, yang kami datangi rata-rata anak jalanan yang usianya lebih tua dari kami dengan bahasa yang “jauh” dari kami.

Pertemuan ini berlanjut ke pertemuan kedua yang didatangi oleh orang itu-itu juga T_T (semangat menipis) dengan pembicaraan yang tak bersolusi. Sekitar satu bulan lebih saya mendiamkan grup di facebook sambil mencari tahu ke berbagai tempat tentang anak jalanan.

Alhamdulillah, sebuah ide untuk mengadakan bakti sosial ternyata dapat menyalakan kembali semangat teman-teman (dan semangat saya juga pastinya ^^). Alhasil, pertemuan ketiga dilaksanakan sambil mencari tempat sasaran yang
tepat. Dan, akhirnya kami tertarik untuk membina sebuah tempat bernama Lapak yang berupa lapangan luas yang dihuni oleh keluarga pemulung dan pengamen wilayah Jakarta Selatan. Yang membuat semakin miris, Lapak terletak tepat di belakang apartemen dan mal megah di kawasan Gandaria City, Jakarta Selatan. Dua wilayah dengan strata jomplang ini hanya dibatasi oleh sebuah kali.

Beberapa pertemuan kami lakukan hingga tibalah pada perealisasian rencana pada Ahad, 8 April 2012. Untuk menuju Ahad lalu, semua tidak berlangsung dengan mulus. Pada H-2 minggu, semangat beberapa teman mulai mengendur. Yang membuat saya sempat kesal, beberapa teman dengan santainya malah bilang, “Jangan saya yang ngurus ini ya.” Ya, kenapa tidak bilang sejak awal saja, supaya bisa segera dikerjakan oleh yang lain. Lalu yang lain menyerahkan amanah mereka kepada yang lainnya tanpa ada alasan pendukung. Ya, mau marah pun sepertinya tidak akan memperlancar pekerjaan. Kalau sudah begini, respon saya hanya, “Ooh, gitu. Okay. Gak masalah.” Hehe, padahal dalam hati meringis, nangis sambil menggerutu (Iya nggak, Mbah Nyai :D)

Tidak hanya itu, seminggu sebelum hari pelaksanaan ternyata uang yang kami pegang baru separuh dari yang seharusnya ada. Awalnya sih saya sengaja tidak menyinggung tentang keuangan, karena (saya rasa) dengan terus memberi semangat kepada teman-teman, ikhtiar, doa, dan tawakal, dengan cara-Nya uang itu akan datang sendiri. Eh ternyata, sebelum saya munutup rapat, seorang teman menyinggung hal ini. Ya sudahlah, dibicarakan juga akhirnya. Ya, meskipun intinya saya ingin acara ini tetap terlaksana pada hari yang telah ditetapkan sebelumnya dengan berapapun uang yang ada. Saat itu saya hanya memberi satu kalimat, “Yakin. Bantuan Allah selalu ada.”

Beberapa hari menjelang hari pelaksanaan….

Ribuan puja-puji kepada Allah serasa tak cukup kami ucapkan, karena dalam waktu kurang dari  seminggu bantuan Allah datang dengan berbagai cara melalui berbagai kalangan, bahkan melalui orang yang tidak saya duga. Alhamdulillah, uang yang terkumpul pun lebih dari yang kami butuhkan, dan sekarang masih bersisa cukup banyak. Alhamdulillah.

Lagi-lagi, saya dan (katanya) kembaran saya, Erny, menjadi wanita perkasa. Berhubung saya dan Erny adalah pengurus perempuan yang berdomisili di Jakarta dan tahu tempat-tempat belanja yang murah dan berkualitas, hasilnya kami berdua belanja seharian. Mulai dari pakaian anak, alat tulis, hingga makanan-makanan kecil. Sedangkan urusan sembako, giliran para lelaki tangguhnya berkonvoi ke pasar terdekat Lapak Pemulung.
Belanja selesai, dan kini saatnya membungkus belanjaan untuk dibagikan. Ini tugas teman-teman lain yang belum dapat job, tapi saya juga ikut bantu-bantu menyortir, terutama untuk anak-anak.

Beralih ke hari pelaksanaan….

Pada hari itu, kami merencanakan ba’da zuhur akan ada pembagian bingkisan (makanan ringan, alat tulis, dan baju muslim) untuk anak-anak dan sembako untuk ibu-ibu. Sebelum pembagian bingkisan, ada serangkaian acara yang kami lakukan di mushallah, yaitu pengesahan KOPAJA dan pembinaan Lapak Pemulung oleh ketua umum KOPAJA kepada Pak Herman, “kepala” pemulung di sana, dilanjutkan dengan materi motivasi Berani Bermimpi oleh Mas Adi Waluyo. Kemudian, kami shalat zuhur berjamaah dan makan siang berjamaah juga :D

Sayangnya, ada banyak kejadian-kejadian menyenangkan saat acara berlangsung yang saya lewati. Ya, tugas saya di hari pelaksanaan ada di depan (memberi sambutan dan meresmikan KOPAJA) lalu memberikan sertifikat kepada pembicara. Selebihnya, saya sibuk mondar-mandir ke pasar untuk membeli beberapa bingkisan yang kurang, karena anak-anak yang datang melebihi data yang ada dan melebihi bikisan yang sengaja kami lebihkan. Panik, itu pasti tapi hanya sejenak.

Acara yang paling saya tunggu adalah penulisan cita-cita dan penempelan bintang harapan di dinding impian (ya, meskipun saya gak mengikuti bagian ini dari awal karena sibuk di belakang). Senang sekali melihat bintang-bintang itu sudah tertempel dengan tulisan tangan dan cita-cita yang beragam. Ada yang ingin menjadi presiden, pemain bola, polisi, atlet badminton, guru, dokter kandungan, dan lain-lain. Yang paling saya ingat adalah sebuah tulisan dengan spidol hijau yang berbunyi, “Cita-cita saya menjadi porttekell” yang artinya adalah “Cita-cita saya menjadi dokter”. Owalah, subahanallah ya :D

Ada kejadian lucu juga loh. Ada satu anak bernama Arif yang senang sekali ditangkap main kucing-kucingan dengan teman-teman KOPAJA, kerena dia selalu berusaha kabur dari acara. Karena panitia sudah tahu karakter Arif, jadi sudah ada panita yang menjaga pintu mushallah untuk mengantisipasi kaburnya anak-anak dari acara. Nah, saat kami sedang asik makan siang bersama, Arif berlari ingin keluar. Saat saya tanya mau kemana, dia tidak menjawab. Tubuh Arif dihalangi oleh panitia yang menjaga pintu mushallah. Mungkin karena kesal Arif menjawab agak berteriak, “Mau beraaak!” Serentak seisi mushallah yang mendengar langsung tertawa, termasuk saya :D

Di luar kesenangan dan kelucuan berbagai tingkah laku adik-adik di sana ada yang membuat hati saya kurang lega, karena ada tiga orang adik yang tidak datang ke acara kami. Kalian tahu alasannya? Mereka pergi mengamen sejak pagi, dan satu di antaranya ada yang belum pulang sejak kemarin. Tapi di akhir acara, dua orang anak yang mengamen datang dengan tubuh kumal dan penuh keringat. Duh, tak tega. Tubuh mereka kecil-kecil, ringkih sekali. Di luar segala perasaan hari itu, semuanya merasakan kesenangan, baik itu panitia, adik-adik, dan ibu-ibu yang ada di sana.

Untuk program selanjutnya, insya Allah akan ada bimbingan setiap hari Ahad jam 9.00-12.00 WIB dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan adik-adik yang ada di sini. Dan insya Allah akan ada pengajian sebulan sekali untuk ibu-ibu pemulung.

Dengan sedikit pendekatan dari teman-teman KOPAJA, semoga adik-adik dan bapak-ibu di Lapak Pemulung bisa lebih diarahkan kepada pendidikan yang islami. Semoga mereka tetap shalat lima waktu meskipun memulung, dan adik-adik yang mengamen bisa mengganti nyanyian mereka dari lagu cinta-cintaan yang belum mereka mengerti artinya menjadi shalawat-shalawat. Lebih-lebih, semoga melalui teman-teman KOPAJA, Allah memperkenankan adik-adik yang belum ataupun putus sekolah untuk dapat bersekolah.

Banyak sekali pengalaman berarti dalam perjalanan ini. Yang paling rawan adalah keistiqomahan niat dan hati. Tidak sedikit yang menyepelekan mimpi saya ini, bahkan beberapa orang yang saya kenal menolak dengan halus dengan berbagai argument politik. Di sinilah godaan tahap pertama digencarkan setan. Sempat juga saya pesimis dan ingin menghapus mimpi ini, tapi lagi-lagi keinginan yang kuat mampu mengalahkan godaan di tahap ini. Terlebih, ada niatan besar yang saya bawa dalam jalan ini (niatan itu belum saya beritahukan kepada teman-teman KOPAJA).

Godaan tahap kedua muncul dari intern KOPAJA. Ketika satu kepala berbeda pendapat dengan yang lainnya dan ketika ada kecemburuan penempatan job. Dua hal ini, meski tidak nampak secara kontras di antara kami, tapi saya berusaha membaca kondisi ini dari setiap kalimat yang disampaikan teman-teman KOPAJA. Ya, apalagi ada beban tambahan saya sebagai yang diamanahi sebagai pemimpin KOPAJA, jadi harus lebih peka terhadap keadaan. Biasanya, saya inisiatif dengan mengalihkan pembicaraan atau membiarkan apa yang diperdebatkan tidak usah dikerjakan saja sekalian, biar saya saja yang mengerjakan.

Terlepas dari semua godaan dan konflik “tersembunyi” yang malah menjadi bahan gerutuan beberapa teman, saya justru menyadari bahwa saya hanya orang yang bodoh dan kalah dalam beberapa hal. Mulai dari semangat yang kambang kempis (tapi sebisa mungkin saya sembunyikan), belum lagi capek yang dibuntuti rasa sewot dan kesal ketika ada teman KOPAJA yang menganggap remeh amanahnya. Astaghfirullah T_T Kalau saya sudah marah besar kepada orang tertentu, biasanya saya akan menyebut namanya dengan penekanan dan nada yang berbeda (maafkan saya ya, untuk orang yang merasa pernah saya perlakukan seperti ini) Hasilnya, saya masih perlu mengontrol emosi dan melatih ketenangan dalam memimpin dan membangun mimpi ini.

Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada Allah swt. yang memperkenankan kami ada di jalan ini dan mengajarkan kami arti keindahan dengan berbagi. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah mendukung KOPAJA dengan bentuk bantuan apapun itu. Karena apapun bentuk bantuan dan dukungan kalian, semua itu sangat berarti bagi kami. Terima kasih kepada teman-teman facebook yang sudah berpartisipasi, siapa pun kalian (yang SMS ke saya dan “kabur” saat ditanya nama). Jazakumullah khairan katsiran.

Semoga Allah memberkahi perjuangan ini. Semoga Allah meridhoi setiap ikhtiar, doa, dan tawakal. Semoga Allah mengistiqomahkan dalam kebaikan. Amin. Satu lagi untuk teman-teman KOPAJA, sebelum melangkah lebih jauh mari luruskan lagi niat dan hati kita fillah. :)

KOPAJA, merangkai cita dengan cinta.
(Tararengkyu buat Om Bagas yang kalimatnya kami jadikan jargon ^^)



 Komandan KOPAJA


Lisfatul Fatinah Munir

0 komentar:

Posting Komentar